ISLAM DI REPUBLIK AFRIKA TENGAH

Republik Afrika Tengah dahulu bernama Ubangi-Shari, pernah menghentak dunia karena ulah Jean-Bedel Bokassa, mantan Presiden periode 1966-1979. Kepopuleran beliau, pertama karena memerintah dengan tangan besi dan diisukan kanibal, kedua ketika Presiden Libya, Muammar Khadafi berkunjung ke Republik Afrika Tengah, Jean-Bedel Bokassa masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Salah Eddine Ahmed, namun tak lama kemudian, Bokassa kembali ke agama lama, yaitu Katholik, ketiga ketika beliau mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup dan menisbahkan dirinya sebagai Kaisar pada bulan Desember 1976.

Republik Afrika Tengah, sedikit lebih kecil dari negara bagian Texas Amerika Serikat, terletak dijantung Afrika (tak berpantai), berbatasan dengan banyak negara antara lain Chad, Sudan, Republik Demokratik Congo (Zaire), Congo dan Kamerun. Negara ini mempunyai luas wilayah 622,984 km2, beriklim unik, yaitu tropis, panas, dingin kering, hangat dan bermusim panas tapi basah.

Berpenduduk sekitar 3.799.897 jiwa, dengan angka pertumbuhan sebesar 1,49% per-tahun, angka kelahiran 35,17 per-1000, dan angka kematian 20,278 per-1000. Ada ratusan etnis di Republik Afrika Tengah, namun etnis terbesar adalah Baya, Banda, Manjia, Sara, Mboum, M’Baka, dan Yakoma. Mayoritas animisme (35%), Protestan (25%), Katholik (25%) dan Islam (15%). Bahasa nasional mereka adalah Perancis dan Sangho, di samping ratusan bahasa suku.

Ekonomi
70% penduduk Republik Afrika Tengah hidup pada derah terpencil, dan oleh karenanya mereka menyandarkan hidupnya sebagai petani, oleh karena itu Chad menyandarkan perekonomiannya pada pertanian. Namun negara ini termasuk sangat beruntung karena dikarunia Tuhan sumberdaya alam yang sangat luar biasa, antara lain berlian, uranium, emas, minyak, kayu dan hydropower. Walaupun begitu, pertanian tetap menjadi andalan terbesar, memberikan separo dari devisa negara, di samping kayu dan berlian.

Angka pertumbuhan ekonomi rata-rata hanya berkisar 0,5%, inflasi 3,6%, dan income per-capita US $ 1.100,- per-tahun. Produk pertaniannya meliputi kapas, kopi, tembakau, tapioca, jagung, pisang dan kayu, sedangkan hasil industrinya berkisar pada tambang emas dan berlian, tekstil, asembling kendaraan bermotor, kayu glondongan, makanan olahan, dan alas kaki.

Komoditi yang diekspor meliputi berlian, kayu, kopi dan tembakau, senilai US $ 172 juta, dengan negara tujuan Belgia, Italia, Spanyol, Indonesia, Perancis dan Amerika Serikat. Sedangkan komoditi importnya adalah makanan, tekstil, produk minyak, mesin, peralatan lisrtrik kimia dan farmasi senilai US $ 136 juta, berasal dari Perancis, Kamerun dan Belgia. Mata uang Republik Afrika Tengah adalah Communauta Financiere Africaine Franc (XAF), dengan nilai US $1,- = 528,29 XAF.

Sejarah Pemerintahan
Republik Afrika Tengah atau Central African Republic (Republique Centrafricaine) dahulu bernama Ubangi-Shari, beribukota BANGUI, terbagai dalam 14 prefectures. Tahun 1000 sebelum Masehi, migran pertama masuk ke Republik Afrika Tengah berasal dari Adamawa-Eastern berasal dari Kamerun menuju Sudan dan menetap di daerah itu. Selanjutnya diikuti pada abad ke-7, migran kedua berasal dari Danau Chad dan sungai Nil. Daerah ini pernah diperintah oleh seorang Sultan ada abad ke-16. Pada abad ke-16 inilah, Republik Afrika Tengah dianggap para sejarawan mempunyai sejarah kelam, yaitu penduduknya dirusak oleh para pedagang budak, dalam arti mereka dijadikan komoditi, untuk diperdagangkan sebagai budak belian. Hal ini berlangsung hingga abad ke-19. Pada abad ke-18, berbondong-bondong masuk suku Banda, Baya-Mandjia dan Zande.

Orang Eropa mulai masuk ke Republik Afrika Tengah pada tahun 1885, ketika Perancis dan Jerman bersama ingin menguasainya. Namun akhirnya Perancis keluar sebagai pemenang, dan pada tahun 1894 daerah ini disebut Ubangi-Shari. Pada tahun 1905 pernah bergabung dengan Chad, dan pada tahun 1910 bergabung dengan Gabon dan Congo Tengah menjadi French Equatorial Africa.

Pada tahun 1946 muncul pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Perancis dengan tujuan utama membentuk pemerintahan sendiri bagi Ubangi-Shari. Akhirnya pada tanggal 1 Desember 1958, Ubangi-Shari menjadi Republik Otonom di bawah French Community, dan Barthelemy Boganda ditunjuk sebagai Perdana Menteri, namun beliau terbunuh pada suatu insiden terencana pada tahun 1959. Pada tanggal 13 Agustus 1960, David Dacko, kemenakan Boganda memproklamirkan kemerdekaan Republik Afrika Tengah, sekaligus mencanangkan negara dengan satu partai dan membuat poros Bangui-Beijing. Karena situasi negara semakin panas, maka pada 31 Desember 1965, Jean-Bedel Bokassa (saudara sepupu Dacko) mengambil alih pemerintahan dan mengangkat dirinya sebagai presiden, dan mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sumur hidup. Pada tanggal 4 Desember 1976, Bokassa merombak sistem pemerintahan Republik Afrika Tengah menjadi Kerajaan, dan mengangkat dirinya sebagai Raja Bokassa I. Setelah menjadi monarki inilah, Bokassa melakukan tindakan yang tidak populer di mata rakyatnya, brutal, kanibal dan pindah ke agama Islam, namun akhirnya kembali lagi ke agama asal, yaitu Katholik.

Bokassa akhirnya dikudeta pada tanggal 20 September 1979 oleh David Dacko dan mengembalikan nama Central African Empire menjadi Central African Republic. Pada 1 September 1981, Dacko dikudeta oleh Jendral Andre Kolingba, dan akhirnya ditunjuk sebagai presiden. Pada tahun 1991, Andre Kolingba di bawah tekanan untuk menyelenggarakan pemilu secara demokratis (multipartai), dan akhirnyapemilu multipartai diselenggarakan pada Agustus 1993. Terpilih sebagai Presiden pada pemilu demokratis ini adalah Ange-Felix Patasse. Negara bukan semakin membaik setelah diselenggarakannya pemilu multipartai, namun semakin terpuruk. Akhirnya budaya kudeta berulang terjadi, antara Patasse ke Kolingba dan sebaliknya. Akhirnya kemelut ini berakhir, setelah Jendral Francois BOZIZE mengadakan kudeta pada bulan Maret 2003. Dua tahun kemudian, tepatnya pada bulan Mei 2005 diadakan pemilu, dan Bozize memenangkannya sebagai Presiden.

Perkembangan Islam di Republik Afrika Tengah
Islam masuk Republik Afrika Tengah (RAT) ditengarai bersamaan ketika Islam masuk Chad pada abad ke-11, tepatnya ketika Kerajaan Kanem-Borno di bawah kendali Umme-Jilmi pada tahun 1085-1097. Tidak ada petunjuk khusus, siapa yang berjasa membawa Islam ke RAT.

RAT sangat berdekatan dengan Chad, Sudan, Kamerun atau Niger, di mana negara-negara tersebut banyak menampung suku Fulani yang sangat dikenal sebagai pemeluk Islam yang sangat setia dan kehidupannya bersifat nomaden. Padahal pada abad ke-11, orang-orang Chad dan negara sekitar telah mulai memasuki RAT, dan salah satunya adalah suku Fulani. Menurut sejarah, suku Fulani termasuk suku pertama di Afrika yang memeluk Islam. Di RAT, suku Fulani dikenal dengan Bagirmi Fulani, dan pada abad ke-16, seorang Sultan dari suku Fulani pernah memerintah bagian utara RAT. Saat ini, ada sekitar 40.000 orang Bagirmi Fulani di RAT, dan 100% adalah pemeluk Islam. Suku kedua suku Runga, memasuki RAT pada abad ke-17. Mereka berasal lembah sungai Niger, dan akhirnya menyebar ke Sudan, Chad dan RAT. 80% suku Runga adalah pemeluk Islam dan menganut paham Sunni.

Ada sekitar 11 suku di RAT yang menganut Islam secara taat, yaitu Arab Shuwa, Arab Turku, Fertit Baggara, Fertit Kara, Fulani Bagirmi, Fulani Mborono, Hausa, Kabba-laka Laka, Kara-Gula, Kresh dan Runga. Mereka inilah yang mewarnai Islam di RAT sehingga mencapai jumlah 15% dari total penduduk RAT, di samping suku-suku lain yang jumlahnya sangat kecil. Islam agak menyentak RAT, ketika Jean-Bedel Bokassa pada tahun 1976 masuk Islam dan menisbahkan dirinya sebagai Kaisar, dan merubah namanya menjadi Salah Eddine Ahmed. Hal ini karena peranan Muammar Khadafi, Presiden Libya, ketika menjalin hubungan erat dengan Bokassa. Namun karena pengaruh Katholik sangat kuat di pemerintahan dan rakyat RAT, akhirnya Bokassa kembali lagi ke Katholik.

Walaupun jumlahnya hanya 15%, namun pengaruh mereka sangat membanggakan di RAT. Hal ini karena mereka sangat menguasai dunia perdagangan di negara itu. Orang-orang Arab, Lebanon, Hausa, Senegal, Mali dan Chad adalah pedagang yang sangat gigih. Akhir-akhir ini karena terjadi kesulitan ekonomi, RAT banyak menerima investasi dari negara-negara Arab. Tentu saja hal tersebut membawa pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di RAT, antara lain banyaknya mahasiswa yang mendapatkan kesempatan belajar di Sudan dan Saudi Arabia, pembangunan masjid semakin marak, demikian juga pembangunan sekolah-sekolah Islam lengkap dengan laboratoriumnya semakin berkembang di RAT. Perkembangan Islam di RAT akan semakin baik, bila para da’i, muballigh, dan para pedagang muslim dapat mengajak 35% penduduk RAT yang masih animis, menjadi pemeluk Islam.

ISLAM DI REPUBLIK AFRIKA TENGAH, telah dimuat di majalah Amanah No. 69 TH XIX Januari 2006 / Dzulqa’dah – Dzulhijjah 1426 H

Leave a comment